Diri saya adalah salah satu unsur alam fana yang maya (palsu), maka bila orang-orang
menyebut saya ‘seorang pelukis’, maka sebenar-benarnyalah saya pelukis palsu
(fana=maya). Padahal menurut kajian saya, pelukis yang sebenarnya adalah Tuhan
semata.
Segala-galanya milik, kendali, kekuasaan dan karena Tuhan semata.
Atas dasar prinsip ini , maka ketika saya melukis, saya lakukan ceremonial :
- Sebelum menggoreskan cat di kanvas, saya mohon perhatian kepada Tuhan dengan merayuNya, yaitu melakukan sholat sunnah Mutlaq disertai dengan ungkapan kebersyukuran yang dilengkapi dengan do’a: “Kaulah pelukis sejati, aku hanyalah hamba-Mu yang laksana ‘robot’ yang Kau pakai menyelesaikan lukisan. Maka sekarang kuserahkan diriku lahir-batin untuk Kau pakai menyelesaikan lukisan ini. Bila lukisan ini selesai, maka jadikanlah ( atas kehendak, kebijakan, dan kemurahan-Mu) menjadi saluran, muara hidayah, Innayah & keberkahan, rejeki bagi orang yang telah Kau tentukan sebagai pemiliki lukisan ini. Berkahi bangunan dimana lukisan ini dipasang, juga letakkan surat Ar Rahman & Al Waki’ah secara permanent, kekuatan penyembuh segala penyakit, penyelaras, penyempurna metabolisme & organ tubuh pada lukisan ini. Berikan kemudahan rejeki, keuntungan dan laba, sehingga pemilik lukisan ini kaya raya di dunia-akhirat.
- Sepanjang waktu proses penyelesaian lukisan itu, saya berdzikir dengan dzikrullah qolbiah.
- Tema & judul lukisan merupakan representasi dari untaian do’a saya bagi pemilik(lukisan)nya , yang saya ucapkan setiap sujud terakhir di sholat fardlu saya.
Do’a saya ini didukung oleh
fondasi & kemasan do’a berupa IBADAH OPTIMAL. Oleh karena itu lukisan saya
bukan lukisan biasa, tapi merupakan lukisan yang memiliki daya spiritual
tingkat tinggi. Kekuatan fungsionalnya 20% berdaya renovasi keindahan & kenyamanan
ruangan dimana lukisan tersebut dipasang, 80% memiliki daya spiritual illahiyah penjaga
rumah, keluarga pemilik dan perusahaan. Ada
milliaran keuntungan dan keberuntungan akan mengalir bersama aliran waktu
menuju rekening kehidupan pemilik lukisan saya, sesuai janji Tuhan. Berikut
ini melalui “Permanent Painting Ehibition” (posting ke-2), saya tampilkan
beberapa aktifitas & hasil karya lukis saya dengan keterangannya :
Saya tidak pernah merasa diri saya yang menyelesaikan
lukisan. Tuhan yang menyelesaikan, karena Dia-lah pelukis sejati. Saya hanyalah
alat lukis belaka. Oleh karena itu agar supaya lukisan saya berkualitas tinggi,
maka saya merayu Tuhan dengan jalan mendekatkan diri kepada-Nya. Untuk itu,
setiap saya akan melukis, saya melakukan sholat. Sepanjang waktu penyelesaian
lukisan itu, saya melakukan dzikrullah qolbiyah.
Kebanyakan lukisan saya dilukis didepan obyek, karena dengan
melukis on the spot saya bisa melakukan komunikasi spiritual dengan obyek
melalui proses bilateral fusion of aura. Dengan demikian maka getaran hati yang
mengendalikan gerak tangan dalam menggores akan lebih leluasa, lebih terarah
dan plong. Kali ini saya sedang melukis ditengah-tengah sungai bedadung di
jember.